Syahdan. Pangersa Abah Anom Syekh Ahmad Shohibul Wafa' Taju l-'Arifin menghadiri undangan memimpin manaqiban di pesantren Ajengan Masduki, Sukabumi. Sementara itu, turut pula hadir santri kinasih Beliau, KH Zainal Abidin asal Cikadu, Pelabuhan Ratu, bersama sahabatnya, Haji Tamim. Pemilik nama yang terakhir ini, kendati rapat bergaul dengan Ajengan Zainal, dan kerap kali membantunya mencetak kitab-kitab kuning yang dikarang, namun keukeuh memeluk Wahabi sebagai landasan imannya. Teramat sering mereka bertukar guyon sembari menyindir perkara bid'ah, khurafat, & takhayul-termasuk meragukan kewalian Pangersa Abah Anom. Singkat cerita. manaqiban pun rampung digelar. Di luar kebiasaan, Pangersa memilih mobil jenis kijang milik H. Tamim, dan minta diantarkan pulang ke, "Negeri Bid'ah, Suryalaya," demikian ucap Pangersa. Mengetahui itu, pemilik mobil tak bisa berbuat apa-apa. Ajengan Zainal pun turut bersama Pangersa. Duduk di jok bagian tengah. Selama mobil melaju, Pangersa hanya tertidur pulas. Ketika melewati wilayah Malangbong, terjadilah peristiwa di luar nalar. H. Tamim malah terlelap di belakang kemudi. Bahkan kepalanya sampai terantuk-antuk membentur stir mobil. Demi melihat itu, para penumpang dalam mobil itu pun panik, kecuali Ajengan Zainal-yang menyadari sebuah karomah sedang terjadi. Sepanjang 30an km lebih, mobil melaju menuju Tasikmalaya. Dengan kondisi jalan meliuk, menanjak, dan menurun. Setiba di depan lokasi pesantren Suryalaya, Pangersa langsung terjaga. Lantas menepuk bahu H. Tamim yang seketika kebingungan sangat. Kini ia benar-benar sudah berada di negeri bid'ah yang sering ia olok di hadapan Ajengan Zainal. Setelah H. Tamim siuman dari linglung, seluruh penumpang pun masuk ke areal pesantren. Tak berselang lama dari peristiwa tersebut, H. Tamim minta ditalqin bai'at oleh Pangersa. Hingga wafatnya, ia kemudian menjadi pejuang tangguh santri Tariqat Qadiriyah-Naqsyabandhi di bawah asuhan Pangersa Abah Anom yang mulia. Ren Muhammad, pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas; Ketua Bidang Program Yayasan Aku dan Sukarno, serta Direktur Eksekutif di Candra Malik Institut. === Diriwayatkan dari tuturan saksi mata, Deden Ridwanâputra bungsu Ajengan Zainal Abidin ra, yang pada 1983 itu masih bocah berusia kitaran sepuluh tahun.
Karenapada tahun 1980-an ia dikabarkan untuk tetap mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan pada pertengahan 1980-an KH. Choer Affandy sempat dikabarkan berfiliasi dengan Golkar atas ajakan KH. Shahibul Wafa Tajul âArifin atau Abah Anom, pimpinan Pesantren Suryalaya Tasikmalaya dan KH.
Kompas TV cerita ramadan risalah Kamis, 14 April 2022 2242 WIB Beliau adalah Abah Anom, kiai dan mursyid dari Sunda yang punya banyak karamah. Salah satu muridnya adalah Cing Abdel. Sumber NU Online/Pondok Suryalaya JAKARTA, â Ulama ini dikenal dengan nama Abah Anom. Bagi banyak orang sosok ini adalah Wali. Seorang ulama yang bukan hanya luas ilmu agama dan budi pekertinya, melainkan dikisahkan memiliki banyak karamah. Abah Anom adalah panggilan dari ulama bernama lengkap KH Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin yang dilahirkan di Suryalaya, Tasikmalaya, 1 Januari 1915. Selama hidupnya, Abah Anom bukan sekadar ulama biasa. Ia adalah pejuang saat masa revolusi, sekaligus mursyid tarekat. Muridnya tersebar di pelbagai penjuru tanah air, termasuk pesohor Abdel Achrian atau Cing Abdel. Dikisahkan dalam buku Pangersa Abah Anom Wali Fenomenal Abad 21 dan Ajarannya Noura Books, 2013 karya Asep Salahudin, Abah Anom adalah fenomena di jagat spiritual nusantara. âSebagai mursyid tarekat dan sekaligus ulama sepuh tempat berteduh jiwa-jiwa yang resah, ia jadi tempat bernaung mereka yang kerap tersekap di Lorong gelap masalah serta merindukan jawaban dan jalan keluar,â tulis Asep Salahudin di halaman 46 karyanya. Betapa tidak, hampir tiap hari, Pondok Suralaya di Tasikmalaya, tempat ia mengabdikan hidupnya, senantiasa didatangi Sowan pelbagai orang untuk meminta nasihat, mengadukan masalah mereka atau sekadar mencari berkah. Baca Juga KH Sholeh Darat, Ulama Tanah Jawa dan Guru RA Kartini Belajar dari Banyak Pesantren, Jadi Mursyid Tarekat Abah Anom sendiri adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Sedari kecil, ia diajar oleh orangtuanya dan sejumlah ajenganâistilah untuk kiai di Sundaâdan pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fikih dari seorang kiai terkenal di sejumlah pesantren seperti Pesantren Cicariang, Pesantren Jambudipa dan Pesantren Gentur, Cianjur, yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi, lalu di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi, hingga ke Makkah untuk belajar agama lebih mendalam. Jejak panjang itulah yang membuat Abah Anom dikenal fasih bicara agama. Mulai dari persoalan hari-hari masyarakat seperti ilmu Al-Qurâan, Hadis, Fikih, ilmu alat, persoalan kalam hingga tasawuf. Hal terakhir ini yang menjadikannya sebagai salah satu mursyid tarekat tasawuf yang disegani di nusantara. Beliau jadi mursyid tarekat Qadiriyah Naqsabandiniyah yang memiliki banyak pengikut di Indonesia. Baca Juga Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Kalimantan yang Berpengaruh sampai Asia Tenggara Abah Anom, Tempat bagi Jiwa-Jiwa yang Resah Abah Anom dikenal sebagai ulama yang tidak menolak ketika diminta nasihat, siapa pun mereka yang datang. Baik itu orang biasa hingga orang yang berlumuran dosa. Halaman Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA
misalnyasaja keakraban gus dur dengan pimpinan pondok pesantren suryalaya, tasikmalaya, almarhum kh shohibulwafa tajul arifin, atau biasa disebut abah anom, yang lahir di tasikmalaya, 1 januari 1915, dan wafat di tasikmalaya, 5 september 2011, semasa keduanya masih hidup, banyak dikenang oleh para ikhwan tareqat qodiriyah naqsyabandiyah (tqn),
Tasikmalaya Kabar duka datang dari Pesantren Suryalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Pemimpinnya, Shohibulwafa Tajul Arifin alias Abah Anom, yang berusia 96 tahun, menghadap Sang Khalik. "INNALILLAAHI WA INNA ILAIHI ROOJIâUUN. Telah Berpulang ke Rahmatullah Hadrotu Syaikh KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin , pada hari Senin, 5 September 2011 / 6 Syawal 1432 H pukul di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya," seperti yang tertulis di Senin 5/9. Abah Anom meninggal sekitar pukul WIB saat perjalanan menuju rumah sakit TMC Kota Tasikmalaya. Customer Service Rumah Sakit TMC, Feri mengatakan Abah Anom setibanya di rumah sakit langsung dilakukan penanganan medis namun sudah dalam keadaan meninggal dunia. Menurutnya, Abah Anom sudah meninggal di perjalanan, dan sekarang sudah kembali ke rumah duka di Pesantren Suryalaya. "Sekarang sudah dipulangkan kembali ke rumahnya," kata Feri saat dihubungi melalui telepon. Sebagian orang mengenal Pesantren Suralaya sebagai pesantren untuk para remaja nakal dan kecanduan narkoba. Metode yang digunakan untuk penyembuhan adalah melalui ibadah sesuai kerangka Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Hydrotheraphy. Semua formulanya dirancang sendiri oleh Abah Anom. Berdasarkan website, Abah Anom dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Ia merupakan putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Ketika Abah Sepuh Wafat, pada 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat, di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Sejak 1961, didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi IAILM dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah.ANT/MEL* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.kementerianriset, teknologi, dan pendidikan tinggi direktorat jenderal penguatan riset dan pengembangan lt.19 gedung bppt ii jalan mh thamrin no. 8, jakarta 10340Oleh Yanuar Arifin Tokoh wali ini lebih dikenal dengan nama Abah Anom. Dalam bahasa Sunda, Abah Anom berarti "Kiai Muda". Nama aslinya ialah KH Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin. Ia lahir pada 1 Januari 1915 di Kampung Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia adalah putra dari Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya, dan ibu yang bernama Hajjah Juhriyah. Abah Anom mengawali pendidikan dari ayahnya sendiri, Abah Sepuh yang mengajarinya dasar-dasar ilmu agama. Pendidikan formalnya ditempuh saat ia berusia delapan tahun dengan bersekolah di Sekolah Dasar di Ciamis. Lalu, ia melanjutkan pendidikannya dengan masuk sekolah tingkat menengah di Ciawi, Tasikmalaya. Sejak tahun 1930, ia nyantri ke beberapa pesantren di Jawa Barat, karena orang tuanya berkeinginan agar Abah Anom kelak dapat menggantikan posisi ayahnya sebagai pengasuh Pesantren Suryalaya. Semula Abah Anom nyantri di sebuah pesantren di Cicariang, Cianjur. Kemudian, pindah ke Pesantren Jambudwipa Cianjur selama lebih dari dua tahun. Ia lalu pindah ke Pesantren Gentur Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi. Dua tahun kemudian, tepatnya sejak tahun 1935 sampai 1937, ia melanjutkan pendidikan di Pesantren Cireungas, Cimelati, Sukabumi yang saat itu diasuh oleh Ajengan Aceng Mumu, seorang ahli hikmah dan ilmu silat. Di pesantren terakhir inilah, ia mulai mematangkan keilmuannya, tidak hanya di bidang keilmuan Islam, tetapi juga dalam ilmu bela diri dan lain-lain. Berbekal keilmuannya, Abah Anom memberanikan diri menikahi gadis bernama Euis Siti Ruyanah pada usia 23 tahun. Tak lama kemudian, tepatnya pada tahun 1938, ia berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu. Kala bermukim di Makkah selama kurang lebih tujuh bulan, ia sangat rajin mengikuti pertemuan bandungan di Masjidil Haram yang disampaikan guru-guru yang berasal dari Makkah dan Mesir. Ia juga aktif mengunjungi Ribat Naqsabandi di Jabal Gubaisy, untuk muzakarah ngaji kitab tasawuf karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yakni kitab _Sirr al-Asrar dan Ghaniyyat at-Talibin, kepada Syekh Romli, seorang ulama dari Garut. Sepulang dari Makkah, Abah Anom ikut serta memimpin Pesantren Suryalaya mendampingi ayahnya. Namun, karena tahun 1939 sampai 1945 merupakan masa-masa menjelang kemerdekaan, ia lebih aktif sebagai pejuang yang turut menjaga keamanan dan ketertiban NKRI. Ketika terjadi gerakan Darul Islam DI/TII di Jawa Barat, ia memutuskan segera bergabung dengan TNI untuk melawan gerakan tersebut. Dengan demikian, pada masa akhir sampai awal kemerdekaan, ia sangat berkontribusi dalam menjaga kedaulatan NKRI, baik dari penjajahan bangsa asing maupun dari gerakan makar saudara sebangsa sendiri. Abah Anom memimpin Pesantren Suryalaya secara penuh ketika ayahnya, Abah Sepuh wafat pada tahun 1956. Ketika itu, DI/TII terus bergerak aktif melakukan perlawanan menentang pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Sukarno. Tidak kurang dari tiga puluh delapan kali Pesantren Suryalaya mendapat teror dari DI/TII, terhitung sejak tahun 1950 sampai 1960. Untuk menghadapi teror dan serangan DI/TII, Abah Anom selaku pemimpin Pesantren Suryalaya selalu menginstruksikan kepada para santri dan pengikutnya untuk memberikan perlawanan secara gigih. Atas kontribusinya tersebut, ia memperoleh penghargaan dari pemerintah RI. Abah Anom adalah seorang kiai yang dikenal memiliki karamah berupa kesaktian. Konon, ada banyak kisah yang tersebar mengenai karamah Abah Anom, seperti yang dituliskan di buku-buku latar belakang dan perkembangan Pesantren Suryalaya. Di antaranya, kisah seorang kapten sakti yang ingin menjajal ilmu kesaktian Abah Anom berikut. Alkisah, pada suatu hari, seorang kapten yang sakti dan beberapa anak buahnya datang berkunjung ke Pesantren Suryalaya. Kapten itu membawa sebuah batu kali sebesar kepalan tangan di kantongnya. Batu itu lantas dikeluarkan dan diletakkan di tangannya. Dengan sekali pukul, sang kapten berhasil membelah batu tersebut menjadi dua. Setelah unjuk kebolehan, kapten itu dengan sombong menyerahkan batu kalinya pada Abah Anom agar si tuan rumah mempertontonkan kemampuannya. Abah Anom hanya tersenyum seraya menerima batu kali dari tangan si kapten. Batu kali itu segera diremasnya. Secara ajaib, batu kali berubah bentuk menjadi tepung yang halus. Si kapten terbelalak, seolah tidak percaya dengan kesaktian yang dipertontonkan oleh Abah Anom. Bila si kapten hanya mampu membelah batu kali menjadi dua, Abah Anon justru membuatnya menjadi seperti tepung. Beberapa saat kemudian, Abah Anom meminta segelas air yang di dalamnya terdapat seekor ikan kepada salah seorang santrinya. Gelas air berisi ikan itu kemudian diberikan kepada si kapten. Dengan sikap yang masih sombong, si kapten segera bergaya seperti orang yang memancing. Dengan gayanya itu, ia berhasil membuat ikan di dalam gelas seakan benar-benar terpancing. Si kapten pun kembali menyombongkan kemampuannya di hadapan Abah Anom. Giliran Abah Anom yang unjuk kebolehan. Ia kemudian memberikan isyarat jari telunjuk, tiba-tiba ikan dalam gelas itu berpindah ke hadapannya. Ikan itu seolah terkait dengan pancingan telunjuknya. Tidak sampai di situ, Abah Anom kembali memperlihatkan kesaktiannya yang lain. Ia memberikan isyarat tangan yang seolah-olah memegang ketapel. Ia lalu mengarahkan tangannya ke langit untuk membidik sesuatu. Dengan sekali bidik, seekor burung tiba-tiba jatuh di hadapannya. Melihat kesaktian Abah Anom tersebut, si kapten hanya bisa seolah tidak percaya dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Si kapten yang sakti nan sombong itu kemudian bersujud di hadapan Abah Anom, seraya meletakkan lututnya pada lutut Abah Anom. Ia mengaku kalah dan segera meminta maaf akan kesombongannya. Selain itu, ia juga minta ditalqinkan untuk menganut dan mengamalkan tarekat yang dipimpin oleh Abah Anom. Sejak itulah, ia menjadi pengikut ajaran Abah Anom. Abah Anom wafat pada 5 September 2011. Ia dikenal sebagai wali yang istimewa. Keistimewaannya tentu tidak sekadar karena karamahnya, tetapi lebih-lebih karena ia adalah seorang ulama yang ahli ibadah, dzikir, dan ilmu. Dengan kapasitasnya ini pantas bila ia begitu disegani oleh kalangan ulama di tanah air. Penulis adalah santri Kutub dan editor di Jogjakarta
Le nom de famille Abah. Sa gĂ©nĂ©alogie, ses origines, son histoire et sa les origines historiques de Abah est un voyage incroyablement excitant qui nous ramĂšne aux ancĂȘtres et aux proches qui ont construit cette lignĂ©e. Comme la plupart des noms de famille, l'histoire du nom de famille Abah est un voyage difficile et surprenant dans le passĂ© pour dĂ©couvrir l'origine du nom de famille Abah, ce qui nous conduit Ă en savoir plus sur ceux qui portent le nom de famille Abah, leur origine, leur blason, la bibliographie dans laquelle il apparaĂźt... Il est possible de retracer leur gĂ©nĂ©alogie et, en plus des lieux d'origine de Abah, nous savons oĂč il est possible de trouver des personnes portant le nom de famille Abah aujourd'hui. Voir la liste complĂšte de Abah dans le monde Abah chronique historiqueL'histoire de Abah est une sĂ©quence intĂ©ressante d'Ă©vĂ©nements qui ont Ă©tĂ© protagonisĂ©s par les personnes qui ont portĂ© le nom de famille Abah tout au long de l'histoire, et il est possible de retracer cette histoire jusqu'aux premiers porteurs du nom de famille Abah. Leurs exploits, leur mode de vie, les endroits oĂč ils ont vĂ©cu, leurs relations familiales, les emplois qu'ils ont occupĂ©s... Tout cela est crucial pour quiconque, comme vous, est intĂ©ressĂ© Ă avoir plus d'informations sur l'histoire, l'hĂ©raldique, les armoiries et la noblesse du nom de famille Abah. Dans les lignes suivantes, vous pouvez trouver tout ce que nous avons Ă©tĂ© en mesure de compiler sur le nom de famille Abah. Cependant, si vous avez plus d'informations que vous souhaitez partager, nous apprĂ©cierions grandement votre contribution pour Ă©largir les connaissances des personnes qui, comme vous, cherchent Ă augmenter leurs connaissances sur le nom de famille nous n'avons pas plus d'informations historiques sur Abah que celles que nous avons fournies avec plaisir. Nous invitons ceux qui nous rendent visite sur ce site web Ă analyser la bibliographie recommandĂ©e et Ă revenir souvent, car nous recevons souvent de prĂ©cieuses collaborations d'autres personnes intĂ©ressĂ©es par l'origine et l'histoire des noms de famille qui pourraient avoir des informations d'un intĂ©rĂȘt particulier sur le nom de famille Abah, et que nous mettrions Ă jour sur ce site web dĂšs que possible aprĂšs une vĂ©rification prĂ©alable. De mĂȘme, si vous vous considĂ©rez comme l'une de ces personnes, nous vous encourageons Ă nous apporter votre soutien et Ă nous envoyer les informations que vous avez Ă disposition concernant le nom de famille Abah, en vous remerciant par avance pour votre Abah les plus cĂ©lĂšbres de l'histoireIl y a probablement eu quelques Abah importants tout au long de l'histoire de l'humanitĂ©, mĂȘme si pour une raison quelconque, tous les chroniqueurs n'en ont pas tenu compte ou que les donnĂ©es n'ont pas Ă©tĂ© transmises jusqu'Ă nos jours. Malheureusement, toutes les importantes contributions des personnes qui ont portĂ© le nom de famille Abah n'ont pas Ă©tĂ© prises en compte Ă l'Ă©poque par les chroniqueurs. Bien qu'un nom de famille puisse relier une personne Ă une lignĂ©e cĂ©lĂšbre et Ă un blason glorieux, ce sont les individus qui, tout au long de leur vie et en raison de certaines actions marquantes ou importantes pour la sociĂ©tĂ© dans laquelle ils ont vĂ©cu, donnent de la renommĂ©e Ă leur nom de famille et peuvent ainsi Ă©riger des lignĂ©es remarquables. C'est pourquoi nous voulons mettre en avant sur ce site web les personnes portant le nom de famille Abah qui, pour une raison quelconque, ont laissĂ© leur empreinte dans l' nom de famille Abah et ses sources bibliographiquesGrĂące Ă toutes les recherches que nous avons pu rassembler jusqu'Ă prĂ©sent, nous pouvons dire qu'il existe des informations disponibles sur l'histoire, la gĂ©nĂ©alogie et l'hĂ©raldique du nom de famille Abah grĂące Ă des sources bibliographiques. Cela signifie que nous pouvons en savoir plus sur son sens original, son origine, son histoire, son blason et son hĂ©raldique. Notre recommandation est de consulter les sources suivantes si vous souhaitez effectuer des recherches sur le nom de famille Abah, ainsi que sur de nombreux autres noms de famille Sources bibliographiques pour AbahCes sources sont essentielles pour avancer dans l'Ă©tude de Abah et des noms de famille en gĂ©nĂ©ral.. 65 99 443 237 440 314 334 407